Pria
berkaos lusuh itu menatap kosong lembaran uang dari hasil ia berdagang hari ini
di depan sebuah warnet. “Tujuh puluh lima ribu…” ucap pria yang bernama Jupiter
itu sambil menghela nafas panjang. Nominal itu belum mencukupi untuk empat
kepala yang menjadi tanggungannya, untuk dirinya, sang istri, dan kedua
anaknya. Begitulah, hampir setiap hari dalam kurun waktu satu setengah tahun Jup
– begitu nama panggilannya – harus memutar otak demi menafkahi keluarganya lantaran
penghasilannya dalam berdagang yang tak menentu.
Hingga
suatu hari seorang teman datang memberi informasi kepadanya. “Gabung di ISS aja. Beda sama perusahaan outsourcing lain. Gajinya sudah mengikuti pemerintah,” ajak
temannya itu. Tergiur dengan ajakan sang teman, Jup pun
akhirnya mencoba
peruntungannya di ISS. Ia diterima dan resmi bergabung pada Juni 2014. “Saya masuk ISS dengan kondisi saya sama sekali tidak punya uang. Saya
kaget karena tidak diminta uang pada saat masuk. Padahal kalau di tempat lain
diminta uang jaminan,” kenang pria yang hobi menonton berita ini.
Cobaan
kemudian datang pada pria kelahiran Jambi ini. Ia dihadapi pada pilihan sulit
lantaran tak memiliki modal untuk biaya transportasi kerja. Ia harus memilih
antara harus mundur kerja dan kembali berdagang atau berhutang atau menjual
motor kesayangannya. Akhirnya, dengan berat hati ia
memutuskan untuk menjual motor kesayangannya agar bisa memiliki biaya ongkos ke
tempatnya bekerja.
“Gaji saya habis di ongkos. Saya punya prinsip tidak mau berhutang. Akhirnya saya menjual motor untuk menutupi biaya ongkos agar gaji bisa
dipakai untuk hidup sehari-hari dan ternyata masih belum cukup juga. Ini masa-masa saya paling ‘ikat pinggang’ dengan istri,” tutur pria
yang mengagumi sosok Arifin Ilham ini, lirih. Matanya tampak berkaca-kaca saat mengenang masa-masa itu.
Satu hal
yang pasti, Jup punya semangat yang tak lekang dalam menghadapi cobaan. Apa
gerangan rahasianya? “Bagi saya, jalan menuju sukses itu seperti tahu isi yang
pembuatannya melewati proses yang panjang. Mulai dari pembuatan tahu itu
sendiri, terus memasukkan sayuran. Harus bisa mengukur apinya, tidak boleh
kepanasan. Tidak semua orang bisa menggoreng tahu isi. Jalan menuju sukses juga
seperti itu, harus melewati proses yang panjang, sulit dan penuh cobaan. Tidak
semua orang bisa melewati cobaan itu,” begitulah prinsip pria yang berusia 38
tahun ini.
Dengan keyakinan dan semangat yang Jup miliki, perlahan-lahan nasibnya pun mulai berubah. Kini Jup mampu menafkahi keluarga kecilnya. Ia bahkan sudah memiliki kendaraan roda dua. Lebih dari itu, yang paling Jup syukuri adalah sejak bergabung dengan ISS, kepribadiannya berubah menjadi lebih baik. ISS, kata Jup, mengajarinya banyak hal, salah satunya tentang cara bersikap. “Saya lebih menghargai waktu. Segala sesuatu sudah ditetapkan, misalnya 1 jam sebelumnya sudah hadir. Itu hal simple tapi luar biasa,” ungkapnya sambil tersenyum.
Dengan
segudang perubahan ini, Jup pun mengaku betah mencari nafkah di ISS. Ia
berharap bisa meniti karir ke jenjang yang lebih tinggi. “Saya
sudah berkoordinasi dengan pimpinan dan sudah mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan tes.
Tapi, di balik semua itu, kuncinya adalah harus semangat dan bersabar karena jalan
menuju sukses itu tidak instan, harus melewati proses yang panjang seperti
pembuatan tahu isi,” tutupnya dengan penuh optimis.
Sangat inspiratif sekali, memang tidak ada kesuksesan yang sekali raih bisa kita dapatkan. Harus melalui proses, ujian, dan pengorbanan. Agar kelak, ketika kita diatas kita tahu bagaimana rasanya berada dibawah. Dan ketika kita merasa berat dengan tugas kita, kita bisa melihat kebelakang betapa panjang dan beratnya proses perjuangan kita. ISS sangat membanggakan, mengubah yang BIASA menjadi LUAR BIASA, BRAVO buat ISS indonesia.